Minggu, 02 Januari 2011

Pernikahan Dini

" Pernikahan dini " merupakan sebuah fenomena yang sudah sering dijumpai maupun di jadikan pembicaraan oleh masyarakat. Banyak tanggapan diberikan oleh masyarakat tentang hal ini. Baik dari yang positif hingga negatif. Namun saya membicarakan ini berdasarkan sisi negatifnya, Karna saya berpendapat tidak ada satupun hal positif dari pernikahan dini.

Pada masa sekatrang ini apabila seorang anak perempuan yang berumur dibawah 20 tahun atau seorang anak laki - laki berumur dibawah 25 tahun menikah merupakan hal yang tidak wajar. Pernikahan ini dikenal dengan istilah " Pernikahan DIni ". Pernikahan dini pada umumnya merupakan " MBA " maried by accident ". Dari 5 pernikahan dini yang saya lihat di sekeliling saya hanya 1 pasangan yang menikah bukan disebabkan oleh sebuah " kecelakaan ". Saya percaya jika jumlahnya mencapai 20 pernikahan dini, tetap akan hanya 1 pasangan yang bukan MBA. Apakah itu hanya dugaan? Bukan, saya mengetahui hal itu setelah beberapa surve yang saya lakukan. Dengan kata lain hanya 5% pernikallhan dini yang tidak merupakan MBA. Dan sisanya yang 95% adalah maried by accident. 95% bukanlah angka yang kecil. Semua hal itu disebakan oleh pergaulan bebas ( kenakalan relmaja ).

Pendapat Prof. Dr. Dadang Hawari, seorang psikiater: "Secara psikologis dan biologis, seseorang matang berproduksi dan bertanggungjawab sebagai ibu rumah tangga antara usia 20 sampai 25 tahun atau antara 25 sampai 30 tahun. Di bawah itu, kecepetan. Jadi pre-cocks, matang sebelum waktunya."

Lain halnya yang dikatakan oleh Muhammad Fauzil Adhim: "Secara psikologis, usia terbaik menikah antara 18-24 tahun. Untuk pernikahan dini, tidak perlu dibatasi usia. Titik berat pada kedewasaan, ilmu dan tanggung jawab. Kalau usia 16 tahun punya hal itu, tidak masalah untuk menikah." Kontronversi mengenai PD tampaknya tidak akan pernah berakhir. Mengenai hal tersebut dalam penjelasan berikut ini akan kita kupas lebih mendalam.

Efek negatif dari pernikahan dini dapat ditinjau dari berbagai bidang.

1. Fisik
Gangguan kesehatan akibat pernikahan dini pada umumnya dirasakan oleh pihak wanita. Wanita remaja memiliki tulang panggul yang relatif kecil sehingga masih belum mampu menahan proses persalinan. Selain itu pernikahan dini juga menyebabkan kanker serviks. Selain itu, anak yang di lahirkan oleh ibu yang berumur dibawah 20 tahun memiliki resiko lahir prematur, fisik lemah, dan IQ lebih rendah dibandingkan anak yang lahir dari seorang ibu yang ber umur diatas 20 tahun.

2. Mental
Tidak sedikit pasangan yang menikah dini mengalami depresi. Baik sekala kecil maupun besar. Depresi dikarenakan emosi remaja yang masih labil. Pada saatl remaja, seseorang sangat sulit menerima hal baru yang bersifat menekan. Depresi berat tergolong menjadi dua, sesuai dengan silfat / kepribadian. Pada pribadi introvert (tertutup) akan membuat si remaja menarik diri dari pergaulan. Dia menjadi pendiam, tidak mau bergaul, bahkan menjadi seorang yang schizoprenia atau dalam bahasa awam yang dikenal orang adalah gila. Sedang depresi berat pada pribadi ekstrovert (terbuka) sejak kecil, si remaja terdorong melakukan hal-hal aneh untuk melampiaskan amarahnya. Seperti, perang piring, alnak dicekik dan sebagainya. Dengan kata lain, secara psikologis kedua bentuk depresi sama-sama berbahaya.

Pada umunya, pernikahan dini didahului dengan pacaran. Pada masa sekarang, pacaran dianggap sesuatu hal yang wajar bila masih didalam batas - batas yang ditentukan. Pada kenyataanya, banyak pasangan remaja yang melewati batas - batas itu dan secara sadar atau tidak sadar, mereka sudah mengarah kepada pernikahan dini. Jika dipikir secara rasional, banyak kerugian dari berpacaran. Yang saya sebutkan merupakan kerugian dari pacaran yang dilakukan oleh anak yang masih bersekolah.

1. Pemborosan ( male )
Beberapa dari anak remaja yang berpacaran lebih konsumtif dibandingkan saat mereka tidak pacaran. Misalnya mereka hanya bertemu satu kali dalam seminggu dan pada hari itu merencanakan untuk pergi nonton ke sebuah bioskop. PAda saat ini harag tiket bisokop mencapai Rp 25.000,00/org. Ditambah harga Pop Corn, Softdrink, dan tentunya akan makan malam dikarenakan perut labar setelah satu setengah jam berada di bioskop. JIka di totalkan biayanya bisa mencapai Rp 150.000,00. Nominal ini bukanlah nominal yang mudah didapatkan oleh pelajar. Belum lagi tuntutan sang pacar. Meski sang pacar tidak minta, tentu saja ada perasaan untuk memberikanya sesuatu agar ia senang. Jika pada saat itu kita memiliki uang, bukan lah masalah. Namun, jika kondisi 180 derajat berbeda dengan yang saya sebutkan, tidak kecil kemungkinan remaja untuk melakukan tindakan kriminal seperti mencuri, merampok, memalak, dll. Contoh lain dari pemborosan yanlg paling terlihat adalah pemborosan "pulsa".

2. Meninggalkan teman lama
Dalam kasus meninggalkan teman lama setelah berpacaran disebabkan banyak hal, misalnya sang pacar melarang, terlalu sibuk dengan pacar sehingga melupakan teman, atau pola pikir berubah setelah berpacaran. Bila yang ditinggalkan adalah kawan yang tidak baik bukanlah masalah. Namun bila itu adalah teman yang selalu membimbing kita, menemani, membantu, dan mengajari kita tentang hal baik tentu itulah kesalan terbesar yang kita lakukan. Ketahuilah bahwa orang yang kita pacari saat berada di bangku sekolah belum tentu dia pasangan hidup kita. Jadi, sangat bodoh bila kita meninggalkan teman baik kita untuk orang yang belum tentu berada didekat kita untuk selamanya.

3. Kurang tidur
Yang ini anda pasti mengerti apa yang saya maksud.

4. Minat belajar menurun meski dalam skala kecil
Hal ini yang selalu di pungkiri oleh pelajar.

5. Free Sex

6. Depresi
Tak semua cerita cinta berjalan mulus. Bila pada saat tertentu salah satu dari pasangan tersebut ( misalnya A ) menginginkan akhir dari hubungan mereka dan disi yang satu lagi ( B ) tidak menginginkan namun perpisahan tetap terjadi menyebabkan kebanyakan orang yang berada di posisi si B mengalami depresi. Terkadang mereka tidak ingin berhubungan dengan lawan jenis selama ber tahun - tahun, menjadi homo atau lesbi, gila, atau kemungkinan yang terburuk menjadikan "Baygon" sebagai minuman favorit dan "free Way" sebagai tempat yang bagus untuk jalan - jalan sore.

7. Kematian

"Pandangan mata dan hati seorang pengobral cinta  lebih tajam dan berbahaya daripada tembusan panah yang berbisa. Oleh itu awasilah selalu agar jangan terkena panahan cintanya .. "

1 komentar:

  1. saya menikah dengan istri saya pada saat umur saya 18 tahun dan istri saya melahirkan anak kami pada umur 19 tahun, percayalah ini bukan MBA, skrg umur saya udh 26 sampai skrg normal2 aja, an, tidak ada kecanggungan sama sekali dalam bersosialisasi dengan teman2(kadang ada yg meremehkan, tp cuek aja..),menurut saya sisi positif dari keputusan kami ini adalah kami sudah belajar bertanggung jawab dimana pada umumx pada usia tsb kebanyakan remaja sedang "asyiknya". saya tidak ingin mengatakan bahwa menikah diusia muda itu adalah hal yang positif namun tidak salah jg apabila kita mau bertanggung jawab atas pilihan kita. saya juga sering menemui kejadian yg kurang lebih seperti yg diungkap diatas dilingkungan sekitar saya, ya saya setuju ini karena depresi (mungkin perasaannya seperti mimpi) tiba2 dibebani tanggung jawab (yang seharusnya jalan masih panjang, canggung (tidak siap menerima reaksi orang sekitar)dan masih banyak lg hal-hal yg akan membuat bingung dan berujung pd aksi lempar melempar baik perkataan maupun perpiringan, ya saya akui memang tidak mudah menjalani sebuah pernikahan diusia muda (pada kenyataannya orang yg menikah pada usia yg dianggap pantas menikah jg tidak jarang ada yg stess karena adanya batasan2 setelah mereka menikah)

    BalasHapus