Rabu, 19 Oktober 2011

ஜ۩۞۩ஜ PENDIDIKAN BERBASIS KARAKTER ஜ۩۞۩ஜ

Dalam kajian pendidikan dikenal sejumlah ranah pendidikan, seperti pendidikan intelek, pendidikan keterampilan, pendidikan sikap, dan pendidikan karakter (watak). Pendidikan karakter berkenaan dengan psikis individu, di antaranya segi keinginan/nafsu, motif, dan dorongan berbuat.

Pendidikan karakter adalah pemberian pandangan mengenai berbagai jenis nilai hidup, seperti kejujuran, kecerdasan, kepedulian, tanggung jawab, kebenaran, keindahan, kebaikan, dan keimanan. Dengan demikian, pendidikan berbasis karakter dapat mengintegrasikan informasi yang diperolehnya selama dalam pendidikan untuk dijadikan pandangan hidup yang berguna bagi upaya penanggulangan persoalan hidupnya.

Pendidikan berbasis karakter akan menunjukkan jati dirinya sebagai manusia yang sadar diri sebagai makhluk, manusia, warga negara, dan pria atau wanita. Kesadaran itu dijadikan ukuran martabat dirinya sehingga berpikir obyektif, terbuka, dan kritis, serta memiliki harga diri yang tidak mudah memperjualbelikan. Sosok dirinya tampak memiliki integritas, kejujuran, kreativitas, dan perbuatannya menunjukkan produktivitas.

Selain itu, tidak hanya menyadari apa tugasnya dan bagaimana mengambil sikap terhadap berbagai jenis situasi permasalahan, tetapi juga akan menghadapi kehidupan dengan penuh kesadaran, peka terhadap nilai keramahan sosial, dan dapat bertanggung jawab atas tindakannya.

PEMBENTUKAN PRIBADI YANG BERKARAKTER

Karena itu, sekolah yang akan mengimplementasikan pendidikan berbasis karakter dapat memikirkan segi-segi sebagai berikut. Pertama, keberhasilan pendidikan berbasis karakter terkait dengan kondisi peserta didik yang landasan keluarganya mengharapkan tercipta iklim kehidupan dengan norma kebaikan dan tanggung jawab. Dengan demikian, fungsi pendidikan berbasis karakter untuk menunjukkan kesadaran normatif peserta didik, seperti berbuat baik dan melaksanakan tanggung jawabnya agar terinternalisasi pada pembentukan pribadi.

Organ manusia yang berfungsi melaksanakan kesadaran normatif ialah hati nurani atau kata hati (conscience). Organ penunjangnya ialah pikiran atau logika. Pendidikan berbasis karakter diprogram untuk upaya kesadaran normatif yang ada pada hati nurani supaya diteruskan kepada pikiran untuk dicari rumusan bentuk perilaku, kemudian ditransfer ke anggota badan pelaksana perbuatan. Contoh, mulut pelaksana perbuatan bicara atau bahasa melalui kata-kata. Maka, sistem mulut memfungsikan kata-kata bersifat logis atau masuk akal. Bahkan, dengan landasan kesadaran norma dan tanggung jawab akan terjadi komunikasi dengan perkataan santun yang jauh dari celaan dan menyakitkan orang lain.

Karena itu, pendekatan proses pembelajaran di sekolah perlu disesuaikan, yaitu dengan menciptakan iklim yang merangsang pikiran peserta didik untuk digunakan sebagai alat observasi dalam mengeksplorasi dunia. Interaksi antara pikiran dan dunia harus memunculkan proses adaptasi, penguasaan dunia, dan pemecahan masalah yang dihadapi dalam kehidupannya. Keberhasilan anak menjalani interaksi dengan dunia akan membentuk kemampuan merumuskan cita-citanya. Bahkan, cita-cita itu dijadikan pedoman atau kompas hidup. Dengan pedoman hidup itu ia menentukan arah sekaligus membentuk norma hidupnya.

Kedua, kondisi sekolah dapat menciptakan iklim rasa aman bagi peserta didiknya (Joyful Learning). Jika peserta didik tidak merasa aman, seperti merasa jiwa tergoncang, cemas, atau frustrasi akibat mendapatkan pengalaman kurang baik dari sekolah, maka ia tidak akan dapat menanggapi upaya pendidikan dari sekolahnya. Bahkan, ia acap kali merespons upaya pendidikan dengan bentuk protes atau agresi terhadap lingkungannya. Peserta didik yang cerdas sekalipun, dengan merasa kurang aman, acap kali konflik dengan lingkungan yang menyulitkan hidup.

Bahkan, upaya mempertahankan hidupnya dengan berbuat tercela, tidak bermoral, tidak bertanggung jawab, dan jahat. Perasaan aman hidup atau perasaan yang tidak diliputi kecemasan di sekolah hanya mungkin bila suasana sekolah mencintai anak dengan menciptakan iklim keterbukaan, mesra, bahagia, gembira, dan ceria.

Dengan demikian, iklim tersebut akan mampu membuka kata hati peserta didik, baik di sekolah maupun ketika menghadapi dunia masyarakat. Kehidupan nyata dianggap sebagai obyek yang menarik minat dengan kegairahan hidup dan penuh perhatian yang merangsang pikirannya.

Ketiga, kebijakan sekolah dalam merumuskan bahan belajar pendidikan berbasis karakter diorientasikan ke masa depan, yaitu menggambarkan indikasi bentuk baru nilai-nilai peradaban masyarakat. Dasar pertimbangannya adalah : 
1.   Proses pembangunan berkonsekuensi terhadap perubahan bentuk baru nilai-nilai kebiasaan hidup
      masyarakat
2.   Pendidikan berbasis karakter harus berperan sebagai pengimbang akibat sampingan proses
      pembangunan

Indikator bentuk baru nilai-nilai peradaban masyarakat dimisalkan mengambil rumusan dari hasil pengamatan kehidupan kota yang mengalami pembangunan pesat dan menimbulkan urbanisasi sehingga di kota tercipta pusat permukiman pendatang baru yang seolah terputus dari akar sosial budaya sebelumnya. Permukiman kota yang penuh sesak menimbulkan suasana kehidupan yang mencekam dari kekhawatiran terjadinya instabilitas sosial.

JURANG PERBEDAAN

Selain itu, rumusan didapat dari hasil pengamatan suasana keluarga dalam menghadapi tata kehidupan baru, apakah mengambil sikap bertahan dengan kebiasaan hidup sebelumnya, ataukah meninggalkan dan mengganti kebiasaan hidup sebelumnya (-ermisif), sementara keadaan sekitar tidak ikut bertahan. Terutama mengambil sikap mengenai kaitan dengan ekonomi keluarga, pekerjaan, perdagangan, dan kecemburuan sosial.

Bagaimana kondisi keluarga yang tetap bertahan, apakah menjadi terasingkan. Bagaimana pula keluarga yang mengubah kebiasaan lama dengan yang baru, apakah secara psikologis memperoleh kemantapan ataukah kepahitan dan kekacauan hidup.

Paling tidak, pengamatan sepintas menunjukkan akibat sampingan pembangunan yang pesat pada perubahan bentuk kehidupan masyarakat. Yaitu, pembangunan yang menawarkan kesempatan bagi siapa saja yang berkesanggupan sehingga mengakibatkan di satu pihak terdapat sebagian anggota masyarakat yang cakap dan berani mengambil risiko untuk menangkap manfaat penawaran pembangunan dan golongan ini akan maju.

Di pihak lain, ada anggota masyarakat yang lamban bergerak dalam menangkap manfaat dan golongan ini akan semakin tertinggal. Hasil akhir antara yang cakap dan lamban menyebabkan munculnya jurang perbedaan kepemilikan materi yang mudah diisukan sebagai pelanggaran asas keadilan.

Jurang perbedaan kemajuan sisi materi yang dipahami secara sempit mengakibatkan terjadinya pergeseran nilai masyarakat. Yaitu, menguatnya arus bentuk baru kehidupan masyarakat seperti nilai materi dan hara-hura serta tampak memudar budaya santun, malu, kekeluargaan, kejujuran, toleransi, kebersamaan, kesetiakawanan, dan gotong royong.

JANGAN HANYA BERTUJUAN MENCIPTAKAN ORANG PINTAR

Pendidikan merupakan proses yang mulia untuk menyempurnakan nalar dan budi manusia. Karena itu, sudah saatnya pendidikan nasional dilaksanakan dengan berbasis kebudayaan dalam arti yang luas. Pendidikan berbasis kebudayaan itu akan membentuk masyarakat yang menguasai ilmu pengetahuan serta memiliki etika dan moral.

”Memang fungsi pendidikan untuk menciptakan orang-orang pintar, tetapi sebenarnya lebih baik lagi jika mampu menciptakan orang-orang yang memiliki karakter,” kata Daoed Joesoef, mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pada era Orde Baru, dalam sarasehan pendidikan bertajuk ”Konsep Pendidikan Indonesia Berdasarkan Budaya serta Penerapannya di Lingkungan Rumah, Sekolah, dan Masyarakat” yang berlangsung di Jakarta, Minggu (31/10/2010). Ditambahkan beliau lagi : "Pendidikan kita mengambang, kebudayaan mengambang. Tidak jelas mau kemana. Ini karena pemerintah tidak menjalankan pendidikan dengan berdasarkan sebuah konsep,” kata Daoed.

Daoed mengatakan, pendidikan berbasis kebudayaan itu dibangun dari sistem nilai tertentu. Pendidikan semestinya mampu membangun budaya nilai-nilai ilmiah, mendorong setiap orang agar mampu membuat pilihan dalam hidup, serta memiliki komunikasi yang baik.

LANGKAH STRATEGIS

Ada catatan yang perlu dipikirkan dalam membentuk karakter bangsa. 
Pertama, lebih mengedepankan figur dan contoh ketimbang slogan. Masyarakat menunggu kehadiran sosok-sosok jujur, disiplin, pekerja keras, dan bertanggung jawab. Mereka dikenal atas dasar kerja dan dedikasi, bukan kata dan janji-janji.

Kedua, mengedepankan praktik, bukan teori. Maknanya, jujur adalah pekerjaan, bukan perkataan. 
Ketiga, berpijak pada hal realistis dan tidak membubung. Masyarakat tidak berharap hadirnya kalimat-kalimat sakral yang indah tetapi sulit dicapai. Masyarakat butuh kalimat-kalimat sederhana dari orang yang jujur dan dapat dipercaya.

Hal terbesar yang dihadapi pemerintah saat hendak menggulirkan wacana baru adalah masalah kepercayaan publik. Masyarakat masih merasakan jarak yang begitu jauh antara janji dan kenyataan setelahnya. Masyarakat terlalu sering menemukan kesenjangan itu. Berita kerap menggiring pemerintah sebagai sosok adigung, yang susah disentuh, yang semakin jauh, dan makin tak mungkin bisa disentuh

MEREALISASIKAN PENDIDIKAN KARAKTER

Karakter dapat diolah melalui berbagai aktivitas yang didasari dengan sikap moral yang benar. Siswa pertama kali dapat dilatih untuk disiplin. Disiplin diri adalah kunci pertama untuk mengatur mekanisme pribadi. Apabila setiap pribadi mampu mengolah dan mengatur dirinya, ia akan membentuk manajemen diri sehingga siswa mampu menghargai waktu.

Hal kedua yang dapat dilakukan adalah melatih kejujuran. Kejujuran sering diucapkan tetapi sulit dilakukan. Kejujuran tidak muncul dan tumbuh secara alamiah mengingat salah satu sifat manusia adalah egois. Berlaku jujur harus dilatih dan diawasi secara ketat. Hal ini memberikan keuntungan ganda yaitu pembentukan pribadi yang jujur dan melatih siswa melakukan kontrol sosial.

Hal ketiga adalah memberikan ruang ekspresi yang cukup. Siswa harus diberikan kesempatan sebanyak mungkin untuk mengekspresikan dirinya. Hal ini penting untuk penyaluran emosional. Aktivitas belajar di kelas dengan jadwal yang ketat membuat siswa menjadi lemah kreasi. Kebiasaan nongkrong di luar sekolah terjadi karena tidak ada ruang ekspresi bagi siswa di sekolah.

Anggapan yang muncul bahwa sekolah favorit adalah sekolah dengan kemampuan kognitif tinggi tidak sepenuhnya benar. Kognitif tinggi tanpa disertai karakter yang baik akan menghasilkan siswa dalam "cangkang-cangkang akademis" yang minus nurani. Saluran emosional sangat penting dalam ranah pendidikan karakter. Jika sekolah sebagai lembaga pendidikan mampu menyeimbangkan hal tersebut, fenomena remaja nongkrong mungkin dapat berkurang karena sekolah telah memberikan ruang bagi mereka. Keuntungan lain dari ekspresi adalah mampu menghargai perbedaan orang lain atau kultur lain tanpa harus mengerutkan dahi.

Melatih siswa berpikir kritis sangat penting adalah bagian selanjutnya. Berpikir kritis akan menghasilkan sikap keberpihakan. Hal ini dapat dilakukan dengan berdiskusi atau berdebat di kelas. Berpikir kritis dengan model debat untuk melatih siswa mampu mendengarkan argumen atau opini orang lain. Debat bukan melatih siswa asal berpendapat, tetapi memberi kesempatan saling mencermati.

Ranah terakhir adalah ranah empati. Karakter harus mampu mencerminkan sikap empati. Sikap inilah yang akan mewarnai kehidupan setiap siswa. Siswa harus dilatih untuk mengerti keadaan orang lain secara utuh. Jika hal ini dapat dilatihkan kepada setiap individu siswa, sikap tolong-menolong, ramah, sopan, dan tata krama akan terwujud.

Perlu kiranya pendidikan karakter segera direalisasikan dengan paradigma humanis, bukan akademis semata. Pendidikan karakter bukan pelajaran yang harus dites dan dinilai dengan angka atau huruf mutu, tapi lebih ditekankan pada latihan terintegrasi dengan setiap aktivitas sekolah.

Program-program di sekolah, seperti pramuka, kantin kejujuran, sekolah hijau, olimpiade sains dan seni, serta kesenian tradisional, telah sarat dengan pendidikan karakter. Tantangannya justru bagaimana pendidikan di sekolah itu berjalan seimbang antara penguasaan pengetahuan dan pembentukan karakter siswa.

Keberhasilan pendidikan berbasis karakter terkait dengan kondisi peserta didik yang landasan keluarganya mengharapkan tercipta iklim kehidupan dengan norma kebaikan dan tanggung jawab ,,,

MENJADI PRIBADI MATANG DAN DEWASA

Siapa yang tidak bangga jika ada yang berkomentar tentang diri anda dan menilai bahwa anda adalah seorang yang dewasa. Orang yang memberikan penilaian itu pastilah ada dasarnya. Jika anda menyetujui penilaian itu mungkin karena anda memiliki ciri-ciri menjadi pribadi matang dan dewasa. Namun apabila penilaian dianggap berlebihan maka perhatikanlah tentang ciri-ciri manusia yang matang dan dewasa.

Salah satu ciri kedewasaan seseorang dapat diamati bagaimana cara bergaul, saling pengertian dan komunikasi yang sehat.

CIRI-CIRI ORANG DEWASA
Batasan orang dewasa secara kronologis terentang dari usia 20 - 70 tahun yang dapat dikelompokkan menjadi tiga masa :
1. Dewasa muda (20 - 40 tahun)
2. Setengah baya (40 - 55 tahun)
3. Tua/lanjut usia (55 - 70 tahun)

Gordon Allport (Hall and Lindzey, 1985)menyebutkan tentang ciri-ciri orang dewasa, sebagai berikut :

1. Adanya usaha pribadi pada satu lapangan yang penting dalam kebudayaan, seperti
pekerjaan, politik, agama, seni, ilmu pengetahuan, dll
2. Kemampuan untuk mengadakan kontak yang hangat dalam hubungan yang fungsional dan
non-fungsional
3. Adanya suatu stabilitas batin yang fundamental dalam dunia perasaan dan dalam
hubungannya dengan penerimaan diri sendiri
4. Pengamatan, pikiran dan tingkah laku menunjukkan sifat realitas yang jelas,
tetapi masih ada relativitasnya
5. Dapat melihat dirinya sendiri seperti adanya dan melihat segi kehidupan yang
menyenangkan
6. Menemukan suatu bentuk kehidupan yang sesuai dengan gambaran dunia atau filsafat
hidup yang dijalaninya

MACAM-MACAM KEDEWASAAN

Macam-macam kedewasaan menurut Heuken dapat dibedakan menjadi 5 macam yaitu :

KEDEWASAAN JASMANI

1. Memiliki ukuran berat, kekuatan, ketrampilan, koordinasi yang cukup sesuai
dengan umur dan jenis kelaminnya . Dari sisi fisik, biasanya laki-laki lebih
kuat dari perempuan
2. Tidak berarti ada patokan yang pasti, seseorang akan berbeda dengan orang lain,
entah laki-laki ataupun perempuan
3. Allah SWT dengan sengaja menciptakan jasmani ada yang tinggi, sedang, pendek,
ada yang kurus, sedang, gemuk dsb
4. Laki-laki dan perempuan akan menjadi dewasa secara fisik ada yang berbeda atau
tidak mesti bersamaan

KEDEWASAAN INTELEKTUAL

1. Mampu berpikir secara matang dan logis
2. Mempunyai pertimbangan yang tepat
3. Berpengertian yang memadai tentang agama, dunia sekelilingnya dan dirinya sendiri

KEDEWASAAN EMOSIONAL

1. Dapat menyatakan diri dan menikmati hidup dengan penuh perasaan
2. Mampu mengungkapkan perasaan secara tepat sesuai dengan kondisi dan situasi
3. mau dan dapat memperhatikan hal-hal, seperti merasakan getaran patiotisme, kagum
akan keindahan alam, hangat dalam bersahabat, membenci ketidakadilan, takut akan
bahaya yang sungguh sangat mengancam, malu akan perbuatan hina dan menjijikkan.
4. Tidak membiarkan harga diri menjadi keangkuhan, simpati menjadi sentimen,
kejengkelan menjadi kemarahan yang meledak-ledak, kesedihan menjadi putus asa,
rasa takut yang wajar menjadi sifat penakut yang kekanak-kanakan
5. Mampu membedakan perbuatan yang baik dengan yang tidak baik serta bereaksi
sebagaimana mestinya

KEDEWASAAN SOSIAL

1. Mampu bergaul secara luwes baik dengan orang yang lebih dewasa ataupun yang
lebih muda atau dengan sebaya baik laki-laki maupun perempuan
2. Tahu memilih apa yang tidak boleh dilakukan atau yang boleh dilakukan dalam
situasi tertentu
3. Mau mengambil bgian dalam kegiatan bersama yang beraneka ragam
4. Sadar akan tanggung jawab terhadap orang lain agar dapat hidup bersama secara
harmonis
5. Pandai "mengikat dan mempengaruhi" teman atau orang lain secara bikjak dengan
tetap memperhatikan tutur kata yang baik, kesopanan, keramahan, kerjasama,
pengorbanan, penguasaan emosi dan pengetahuan
6. Bertindak sebagai laki-laki atau perempuan yang dewasa dalam suatu kelompok

KEDEWASAAN ROHANI

1. Melaksanakan kewajiban agama yang dianut dan menjalani kehidupan moral yang baik
2. Menyadari bahwa kuasa Allah selalu menghantar diri untuk melakukan yang baik
3. Melihat, merasakan dan menerima segala hal kan kuasa Allah baik yang
menyenangkan atau yang tidak menyenangkan
4. Menyadari akan martabatnya sebagai ciptaan Allah yang mulia
5. Bertanggung jawab untuk menghantarkan keselamatan dirinya dan orang lain
6. Berusaha berbuat baik walaupun seringkali tidak mudah
7. Tidak membiarkan pikiran, perkataan dan perbuatannya untuk memaki, membenci,
menyerang dan merendahkan agama/kepercayaan orang lain

MELIHAT TINGKAT KEDEWASAAN DIRI

Setidaknya ada tiga tingkat untuk mengetahui tingkat kedewasaan diri anda saat ini sesuai dengan ciri-ciri dan macam-macam kedewasaan ada 3 tingkat :

1. Masih dalam konsep, artinya bahwa anda menyadari akan arti penting tentang hal
itu, mengetahui manfaatnya untuk kehidupan anda namun anda belum merealisasikan,
masih sebatas pengetahuan saja
2. Dalam proses, artinya bahwa anda menyadari arti penting tentang hal itu,
mengetahui manfaatnya untuk kehidupan anda, anda mencoba untuk merealisasikan,
sudah ada upaya untuk menerapkan walaupun masih belajar dan terus berjuang untuk
mewujudkannya
3. Sudah menjadi bagian hidup, artinya bahwa anda menyadari akan arti penting hal
itu, mengetahui manfaatnya untuk kehidupan anda dan anda merealiasikan,
menerapkan, sudah menjadi bagian hidup sehari-hari ,,,

Setiap manusia hendaknya menjadi sadar akan arti penting Kematangan dan Kedewasaan serta keseimbangan dalam dirinya sendiri sehingga masing-masing akan terhindar dari cara berpikir, berucap dan bertindak yang merugikan diri dan orang lain, menghindari konflik diri atau orang lain. Oleh karena itu, jadilah Matang dan Dewasa ,,,

Senin, 10 Oktober 2011

BIMBINGAN KELUARGA

DEFINISI PERKAWINAN
Olson dan Defrain (2003):
Perkawinan adalah komitmen emosional dan legal antara dua orang untuk berbagi kedekatan emosional, fisik, beragam tugas dan sumber ekonomi.
U.U. No. I/1974/RI:
Perkawinan adalah ikatan lahir batin yang sah antara pria dan wanita dengan tujuan membentuk keluarga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa

DEFINISI KELUARGA
1. Keluarga adalah dua orang atau lebih yang mempunyai hubungan karena kelahiran, perkawinan atau 
    adaptasi dan tinggal bersama (U.S. Bureau of Census)

2. Keluarga adalah sekelompok orang yang saling mencintai dan memperhatikan (Kata Bijak)

3.Keluarga adalah dua orang atau lebih yang berbagi sumber daya, tanggung jawab, hak, berbagi nilai dan
   tujuan, serta memiliki komitmen satu sama lain (American Association and Consumer)
4 Keluarga dimana para anggotanya saling mendukung secara emosi, fisik, dan ekonomi.

5. Idealnya, keluarga memiliki ciri-ciri intimacy, intensitas, keberlanjutan, dan komitmen antar anggotanya     
    (Family Service)

6. Dasar paling penting:
   Bahwa keluarga memiliki hubungan interpersonal (Intimate relationship)

HUBUNGAN INTERPERSONAL (Intimate Relationship)
Dibutuhkan :
1. Keterbukaan (Self-disclosure)
2. Rasa memiliki (Sense of belonging)
3. Kelekatan (Attachment)
4. Reward, komitmen
5. Berbagi keintiman (Sharing intimacy)
Komponen ini membangun ikatan sosial yang pertama dibentuk individu yang kelak akan menjadi kerangka acuan (Blue print) yang akan melibatkan: kontak fisik, stabilitas hubungan, konsistensi hubungan dan kualitas kasih sayang.

KERANGKA KONSEPTUAL
Sangat diperlukan untuk memahami bagaimana kehidupan berpasangan dan keluarga (General System Theory)

A. 1. Family System Theory
        Memfokuskan keluarga sebagai suatu sistem yang terus berkembang, menyeluruh,saling terikat dan  
        terkait  dalam keluarga. Sistem keluarga berpengaruh besar terhadap perilaku anak

   2. The Wholeness
       Keseluruhan keluarga lebih bermakna daripada penjumlahan anggota

  3. Interdependence of Parts
      Bagian atau elemen dari system saling hubungan sedemikian rupa sehingg bila satu bagian berubah maka
      bagian terbesar juga terpengaruh

 4. Fleksibilitas
     Adalah kemampuan system untuk menyeimbangkan stabilitas dan perubahan open system adalah suatu 
     system yang terbuka untuk tumbuh dan berubah tapi bukan dengan cara yang kacau

5. Feedback Communication
Bahwa komunikasi dalam system itu penting. Untuk mengarahkan perubahan
secara teratur, meminimalkan konflik.

B. The Family Strength Framework
Ketika kekuatan keluarga sudah teridentifikasi, maka akan menjadi fondasi pertumbuhan dan perubahan
Secara therapeutic, kekuatan keluarga sangat membantu dalam menyelesaikan masalah keluarga
Kualitas utama yang dimiliki keluarga kuat:
1. Komitmen
    Kesepakatan kesetiaan yang kuat antar anggota keluarga membentuk energi yang
    menakjubkan, masing-masing berkomitmen untuk mengutamakan keluarga
2. Penghargaan dan Afeksi
    Dari komitmen berkembang jadi saling memperhatikan, menghargai, merasakan dan
    mengetahui bagaimana mengekspresikan
3.Komunikasi positif
   Meski tiap anggota keluarga memiliki perbedaaan dan konflik, namun mampu
   berkomunikasi secara terbuka dan jujur
4.Kegiatan bersama
   Bersifat rekreasi untuk saling berbagi, memberi, berproses membangun raport
   yang baik
5.Kesejahteraan spiritual
   Berupa kekuatan akan keyakinan terhada Tuhan Yang Esa sebagai dasar yang kuat
   untuk harapan, sikap optimis menghadapi kehidupan dan cobaan
6.Mampu coping terhadap stress dan krisis secara efektif

C. KOMUNIKASI DALAM KELUARGA
 Sebagai proses, komunikasi mengandung unsur simbolis dan transaksional
Simbol: ekspresi wajah, kontak mata, isyarat, postur tubuh, body language
Misal: ciuman, tepukan, usapan
Transaksional: komunikasi timbal balik, saling dukung, saling pengaruh
Olson dan Defrain (2005) : beda komunikasi:
Pria menggunakan komunikasi sebagai sarana untuk berkompetisi dan mengembangkan dominasi wanita komunikasi sebagai sarana afiliasi untuk mengembangkan persahabatan

Komunikasi sangat penting dalam siklus keluarga:
Remaja sering beda pendapat dengan orang tua dan mencoba melawan otoritas orang tua. Perbedaan persepsi adalah beda generasi.

Model Komunikasi:

1. Open Communication: kemampuan untuk berbagi perasaan dan ide orang lain
2. Positive Communication: cara yang dikembangkan ketika menghadapi hambatan dan konflik

Komunikasi adalah sesuatu yang kompleks, ketrampilan berkomunikasi adalah kecerdasan sosial, diam sekalipun adalah cara berkomunikasi

KOMUNIKASI UNTUK MEMPERHATIKAN INTIMATE RELATIONSHIP KELUARGA
1. Keterbukaan diri (Self-disclosure)
    Bicara dengan orang lain secara tulus adalah kunci dasar dalam proses membuka diri.
2. Ketrampilan mendengarkan
    - Persuasive listening, hanya tertarik pada isi pesan
    - Directive listening
    - Attentive listening, memperhatikan dengan seksama
3. Komunikasi Assertif
    - Komunikasi agresif, menyampaikan ide sepihak tanpa menghiraukan perasaan orang
    - Komunikasi pasif, dasarnya ketakutan
    Komunikasi asertif, berkomunikasi langsung terkait apa yang dirasakan tanpa mengecilkan orang lain

D. KONFLIK KELUARGA
Adalah kondisi terjadi ketidakcocokan antara nilai atau tujuan-tujuan yang hendak dicapai baik yang ada dalam diri individu maupun hubungannya dengan orang lain
Konflik keluarga: karena adannya perbedaan cukup besar dalam sikap dan nilai, ketika perilaku yang satu menghambat anggota yang lain dalam mencapai tujuan.
Pauker (2003): Isu utama konflik keluarga:
Finansial, keluarga, gaya komunikasi Tugas-tugas dalam rumah tangga, selera pribadi

Penyelesaian konflik yang konstruktif:
1. Lebih menekankan now and here
2. Sharing perasaan (negative dan positive)
3. Berbagi informasi secara terbuka
4. Mengakui kesalahan
5. Mencari kesamaan dalam perbedaan

Gaya Penyelasaikan Konflik :
1. Hadapi (Face it!)
2. Hindari (Avoidance)
3. Kompromi (Win-Win Solution)
4. Lawan (Confrontation)
5. Ikuti (Accomodating)
6.Acuh

E. PERAN GENDER
Perbedaan peran gender yang kontras dalam keluarga penting:
Keluarga modern membutuhkan peran “Instrumental” pada Pria: sebagai pencari nafkah, manager, dan pemimpin keluarga.
Peran “Ekspresif” pada perempuan: memperhatikan pemenuhan kebutuhan afeksi keluarga, melalui peran Nurturing (mengasuh, memelihara), comforting (menenangkan, menghibur)

ANDROGINI
Penyatuan peran secara egaliter antara maskulin dan feminine

F. PERSPEKTIF PERKAWINAN
1. Orang yang menikah memiliki gaya hidup lebih sehat
2. Harapan hidup orang yang menikah lebih panjang
3. Orang yang menikah memiliki kehidupan seksual yang lebih sehat dan memuaskan.
4. Orang yang menikah memiliki asset ekonomi yang lebih baik
5. Anak akan tumbuh dan berkembang bila diasuh oleh orang tuanya sendiri

G. CIRI-CIRI PASANGAN PERKAWINAN BAHAGIA
1. Masing-masing pasangan adalah individu yang mandiri
2. Masing-masing mencintai pasangannya dan mencintai diri sendiri
3. Dapat menikmati saat sendiri maupun bersama
4. Masing-masing menikmati tugas dan pekerjaan
5. Masing-masing memiliki pemahaman diri baik
6. Dapat mengekspresikan diri masing-masing secara arif dan bijaksana
7. Masing-masing dapat berperan sebagai kekasih dan sahabat
8. Punya kesempatan mengaktualisasi diri dan saling dukung

H. MENJADI ORANG TUA (PARENTHOOD) PILIHAN DAN TANTANGAN
1. Eksistensi diri dibuktikan dengan memiliki anak.
2. Penerus keturunan
3. Altruisme
4. Sebagai tenaga kerja dan usaha
5. Sebagai tempat bergantung di masa tua
I. POLA PENGASUHAN
1. Parental support
2. Parental control
3. Rejecting parenting
4. Syndroma “Empty Nest”
5. Syndroma “Metropolitan”
6. Grand Parenthood
7. Rational Emotif Therapy ( RET )
8. Pendekatan : Orientasi Kognitif, perilaku Action dan Afeksi.
Mengutamakan berfikir, menilai, menentukan, menganalisis dan berbuat

J.PRINSIP RET

Bahwa problem individu bukan dari lingkungan, tapi berasal dari sistem keyakinan, cara memandang lingkungan, gangguan emosi mempengaruhi keyakinan, bagaimana ia menilai dan menginterpretasikan. Bila emosi terganggu, pola pikirpun terganggu.Timbul pola pikir irrational.

K. KONSELING RET
1. Aktif direktif, dorong klien untuk berbicara
2. Beri reflekxion agar mengeksplorasi diri
3. Sharing kognitif
4. Bila muncul ide irrasional konfrontasi secara asertif
5. Meningkatkan kekuatan berfikir klien dibanding emosinya
6. Pendekatan bersifat didaktik dan filosofis
7. Gunakan humor dan latihan malu sebagai cara untuk konfrontasi pemikiran irrasional klien

PERCAYAI QADLA
Manusia tidak suka dengan penolakan. Ia ingin semua keinginannya selalu terpenuhi. Padahal ditolak adalah salah satu bagian dari kehidupan kita. Kata seorang kawan, hidup itu adakalanya tidak bisa memilih. Perkataan itu benar adanya, cobalah kita renungkan, kita lahir kedunia ini tanpa ada pilihan ,,,  terlahir sebagai seorang pria atau wanita, berkulit coklat atau putih, berbeda suku bangsa, dsb. Demikian pula rezeki dan jodoh adalah hal yang berada di luar pilihan kita. Man propose, god dispose. Kita hanya bisa menduga dan berikhtiar, tapi Allah jua yang menentukan ,,,

SEMOGA BERMANFAAT ,,,

PANDUAN ANALISIS POTENSI SISWA Oleh : Dra. Nelly Chandrawati M.

POSISI ANALISIS POTENSI SISWA DALAM KTSP 2010 :
Potensi Fisik
Potensi Potensial
Potensi Psikologis
Potensi Aktual
Potensi Religius

TUJUAN ANALISIS POTENSI SISWA
Layanan analisis potensi siswa adalah pelayanan dalam mengidentifikasi potensi yang dimiliki oleh peserta didik dan memanfaatkan data hasil analisis untuk kepentingan layanan bimbingan dan konseling, layanan pembelajaran dan layanan manajemen / supervisi, agar potensi yang dimiliki tersalurkan dan teraktualisasikan sehingga peserta didik dapat mencapai prestasi akademik dan perkembangan yang optimal.

Analisis potensi peserta didik dalam pembelajaran
Potensi Fisik
Potensi Intelektual
Potensi Kecerdasan
Potensi Akademik
Potensi Kepribadian

Aspek Tes Kepribadian
a.Kemampuan Penyesuaian Diri
b.Kemampuan Penempatan Diri
c.Percaya Diri
d.Kepemimpinan
e.Motivasi Berprestasi
f.Inisiatif
g.Ketekunan

Analisis Potensi peserta didik dalam Manajemen Supervisi
Data analisis potensi intelektual dan akademik mempengaruhi keputusan pengelola pendidikan dalam menetapkan kualifikasi sekolah, pendekatan pembelajaran, program pengembangan keunggulan sekolah serta indikator keberhasilan belajar/ prestasi akademik dan non akademik

Pemanfatan analisis potensi siswa
Kebijakan penetapan standar/ katagori sekolah
Kebijakan penetapan kompetensi dasar dan keunggulan sekolah
Penetapan KKM oleh Guru
Penetapan rancangan pembelajaran
Pengembangan penggunaan metode dan media pembelajaran
Pelayanan pembelajaran
Pengembangan program-program layanan bimbingan dan konseling
Pengembangan wadah penyaluran bakat dan minat

MENGATASI ANAK MALAS BELAJAR Oleh : Dra. Nelly Chandrawati M

Anak Malas belajar sudah menjadi salah satu keluhan umum para orang tua. Kasus yang biasa terjadi adalah anak lebih suka bermain dari pada belajar. Anak usia sekolah tentunya perlu untuk belajar, antara lain berupa mengulang kembali pelajaran yang sudah diberikan di sekolah, mengerjakan pekerjaan rumah (pr) ataupun mempelajari hal-hal lain di luar pelajaran sekolah.

Malas

Malas dijabarkan sebagai tidak mau berbuat sesuatu, segan, tak suka, tak bernafsu. Malas belajar berarti tidak mau, enggan, tak suka, tak bernafsu untuk belajar (Muhammad Ali, Kamus Bahasa Indonesia)

Jika anak-anak tidak suka belajar dan lebih suka bermain, itu berarti belajar dianggap sebagai kegiatan yang tidak menarik buat mereka, dan mungkin tanpa mereka sadari juga dianggap sebagai kegiatan yang tidak ada gunanya/untungnya karena bagi ana-anak tidak secara langsung dapat menikmati hasil belajar. Berbeda dengan kegiatan bermain, jelas-jelas kegiatan bermain menarik buat anak-anak, dan keuntungannya dapat mereka rasakan secara langsung (perasaan senang yang dialami ketika bermain adalah suatu keuntungan).

Sebab

1. Faktor intinsik (dalam diri anak sendiri)
a. Kurangnya waktu yang tersedia untuk bermain
b. Kelelahan dalam beraktivitas (misal terlalu banyak bermain/membantu orang tua)
c. Sedang sakit
d. Sedang sedih (bertengkar dengan teman sekolah, kehilangan barang kesayangan dll)
e. IQ/EQ anak

2. Faktor ekstrinsik
a. Sikap orang tua yang tidak memperhatikan anak dalam belajar atau sebaliknya (terlalu berlebihan memperhatikan)
Banyak orangtua yang menuntut anak belajar hanya demi angka (nilai) dan bukan atas dasar kesadaran dan tanggung jawab anak selaku pelajar. Memaksakan anak untuk les ini itu. dsb.

b. Sedang punya masalah di rumah (misalnya suasana di rumah sedang "kacau" karena ada adik baru).

c. Bermasalah di sekolah (tidak suka/phobia sekolah, sehingga apapun yang berhubungan dengan sekolah jadi enggan untuk dikerjakan).
Termasuk dalam hal ini adalah guru dan teman sekolah.

d. Tidak mempunyai sarana yang menunjang blajar (misal tidak tersedianya ruang belajar khusus, meja belajar, buku penunjang , dan penerangan yang bagus.alat tulis, buku dll)

e. Suasana rumah
misalnya rumah penuh dengan kegaduhan, keadaan rumah yang berantakan ataupun kondisi udara yang pengap. Selain itu tersedianya fasilitas permainan yang berlebihan di rumah juga dapat mengganggu minat belajar anak. Mulai dari radio tape yang menggunakan kaset, CD, VCD, atau komputer yang diprogram untuk sebuah permainan (games), seperti Game Boy, Game Watch maupun Play Stations.

Mengatasi Malas Belajar Anak

Mencari sebab musababnya anak menjadi malas adalah langkah pertama. Saran berikutnya antara lain sbb:

1. Menanamkan pengertian yang benar tentang seluk beluk belajar pada anak sejak dini.
Terangkan dengan bahasa yang dimengerti anak. menumbuhkan inisiatif belajar mandiri pada anak, menanamkan kesadaran serta tanggung jawab selaku pelajar pada anak merupakan hal lain yang bermanfaat jangka panjang.

2. Berikan contoh "belajar" pada anak.
Anak cenderung meniru perilaku orangtua. Ketika menyuruh dan mengawasi anak belajar, orangtua juga perlu untuk terlihat belajar (misalnya membaca buku-buku). Sesekali ayah-ibu perlu berdiskusi satu sama lain, mengenai topik-topik serius (suasana seperti anak sedang kerja kelompok dan diskusi dengan teman-teman, jadi anak melihat kalau orangtuanya juga belajar).

2. Berikan insentif jika anak belajar. Insentif yang dapat diberikan ke anak tidak selalu harus berupa materi, tapi bisa juga berupa penghargaan dan perhatian. Pujilah anak saat ia mau belajar tanpa mesti disuruh

3. Sering mengajukan pertanyaan tentang hal-hal yang diajarkan di sekolah pada anak (bukan dalam keadaan mengetes anak, tapi misalnya sembari mengisi tts atau ikut menjawab kuis ). Jika anak bisa menjawab, puji dia dengan menyebut kepintarannya sebagai hasil belajar. Kalau anak tidak bisa, tunjukkan rasa kecewa dan mengatakan "Yah Ade nggak bisa jawab, nggak bisa bantu Mama deh. Ade, di buku pelajarannya ada nggak sih jawabannya? Kita lihat yuk sama-sama". Dengan cara ini, anak sekaligus akan merasa dipercaya dan dihargai oleh orangtua, karena orangtua mau meminta bantuannya.

4. mengajarkan kepada anak pelajaran-pelajaran dengan metode tertentu yang sesuai dengan kemampuan anak.Misalnya active learning atau learning by doing, atau learning through playing, sehingga anak merasakan bahwa belajar adalah sesuatu yang menyenangkan.

5. Komunikasi
Hendaklah ortu membuka diri , berkomunikasi dengan anaknya guna memperoleh secara langsung informasi yang tepat mengenai dirinya.
Carilah situasi dan kondisi yang tepat untuk dapat berkomunikasi secara terbuka dengannya. Setelah itu ajaklah anak untuk mengungkapkan penyebab ia malas belajar. Pergunakan setiap suasana yang santai seperti saat membantu ibu di dapur, berjalan-jalan atau sambil bermain, tidak harus formal yang membuat anak tidak bisa membuka permasalahan dirinya.

6. Menciptakan disiplin.
jadikan belajar sebagai rutinitas yang pasti.

7. Menegakkan kedisiplinan.
Setelah point 6, Menegakkan kedisiplinan harus dilakukan bilamana anak mulai meninggalkan rutinitas yang telah disepakati. Bilamana anak melakukan pelanggaran sedapat mungkin hindari sanksi yang bersifat fisik (menjewer, menyentil, mencubit, atau memukul). gunakanlah konsekuensi-konsekuensi logis yang dapat diterima oleh akal pikiran anak.

8. Pilih waktu belajar terbaik untuk anak, ketika anak merasa segar. Mungkin sehabis mandi sore. Anak juga bisa diajak bersama-sama menentukan kapan waktu belajarnya.

9. Kenali pola kemampuan dan perkembangan anak kemudian susunlah suatu jadwal belajar yang sesuai.
dalam hal ini IQ, EQ, kemampuan konsentrasi ,daya serap dll.

10. Menciptakan suasana belajar yang baik dan nyaman
Setidaknya orangtua memenuhi kebutuhan sarana belajar, memberikan perhatian dengan cara mengarahkan dan mendampingi anak saat belajar. Sebagai selingan orangtua dapat pula memberikan permainan-permainan yang mendidik agar suasana belajar tidak tegang dan tetap menarik perhatian.

11. Menghibur dan memberikan solusi yang baik dan bijaksana pada anak.
Dalam hal ini jika anak sakit/sedih.

Beberapa hal yang tidak kalah pentingnya dalam menyikapi anak yang sedang dilanda malas belajat adalah

1. Orangtua harus menyadari sisi positif sang anak.
Galilah sisi positif anak agar anak menyadari dirinya sendiri untuk mengatasi masalahnya,.
Pernah nggak sih kamu menghadapi PR yang sangat sulit, tapi akhirnya bisa mengatasinya?
Ajak anak untuk mengingat ingat, dan kemudian bercerita. Begitu anak mengingat momen itu, gali lebih jauh. PR apa itu, apa saja kesulitannya, bagaimana dia mengatasinya, dan seterusnya.
Anak akhirnya tersadar bahwa dia bisa mengatasi kesulitan-kesulitannya itu, karena dia memiliki sisi positif tertentu. Sisi itu bergantung dari sang anak. Bisa saja karena kesabaran, keuletan, usaha dia untuk bertanya kepada teman, dan sebagainya.
Perkuat keyakinan anak, atau sadarkan anak. Misalnya dengan mengatakan: Nah, kamu pernah mengalami hal yang seperti ini, dan berarti kamu bisa mengatasinya
2. Gunakan imajinasi anak
Orangtua membantu anak membayangkan, apa yang dia inginkan untuk masa depannya. Baik dalam waktu panjang atau pendek.
Pancing anak untuk membayangkan sesuatu yang menyenangkan jika dia berhasil mengerjakan PR-nya dengan baik., kira-kira apa ya komentar dari guru? Minta dia menggambarkan imajinasinya dengan jelas, apa jadinya jika PR-nya bagus. Mulai dari bagaimana senyum sang guru, komentarnya, dan sebagainya.
3. Mengarahkan anak untu berteman dan "hidup" dalam lingkungan yang baik dan mendukung.
4. Tidak terfokus bahwa belajar hanya berkutat pada buku non fiksi. Gunakan segala hal yang baik yang mampu membuat anak "belajar"tentang segala sesuatu, termasuk permainannya karena dunia bermain adalah dunia anak-anak Pilih dan arahkan permainannya sehingga anak bisa berkembang.
5. Memberikan bekal nilai-nilai religius pada anak
Inilah faktor yang sangat penting ,disamping doa orang tua akan anak-anaknya. Apalagi di jaman yang berkembang dengan pesatnya. Tak mungkin orang tua memberikan pengawasan secara kasat mata terus menerus.Juga kemajuan teknologi. Satu hal yang menjadi jawabnya adalah: beragama dengan baik dan benar.



Semoga bermanfaat ...

MENGENALI DIRI DAN MENGEMBANGKAN KEPRIBADIAN

Setiap manusia normal cenderung mengharapkan dirinya berkembang menjadi lebih baik lagi, apa pun profesinya.

W Stern mengemukakan Teori Konvergensi yang mengatakan kepribadian manusia terbentuk sebagai hasil interaksi dari nature dan nurture. Jadi, hasil interaksi dari potensi yang dimiliki manusia dan seberapa besar lingkungan mempengaruhi perwujudan potensi yang dimiliki.

Kalau berbicara mengenai "potensi", kita tidak bisa berbuat banyak, karena potensi manusia memang sudah terberi. Yang dapat diupayakan adalah usaha untuk mengembangkan potensi yang ada agar berfungsi sesuai dengan peran yang harus kita jalankan.

Dalam hal ini, Harry Ingham dan Joseph Luft dalam Johari Window-nya (nama Johari berasal dari Joseph Luft dan Harrington Ingham) menyatakan bahwa manusia memiliki empat daerah pengenalan diri yaitu:

1. Diri terbuka
2. Diri terlena
3. Diri tersembunyi
4. Diri yang tidak dikenal siapa pun.

Keempat hal di atas digambarkan sebagai berikut.

Bidang 1: Diri terbuka
Bagian diri yang disadari oleh diri sendiri dan ditampilkan kepada orang lain atas kemauan sendiri. Misalnya perasaan, pendapat dan pikiran yang dipilih untuk disampaikan kepada orang lain. Juga hal-hal yang tidak dapat ditutupi terhadap orang lain, seperti muka, bentuk badan, umur yang tampak pada keadaan badan (tua, muda).

Bidang 2: Diri terlena
Bagian diri yang tanpa disadari diri sendiri, tertutup terhadap dirinya, tetapi tersampaikan kepada orang lain atau diketahui oleh orang lain. Misalnya kebiasaan-kebiasaan, sifat-sifat, dan kemampuan tertentu yang tidak disadari ada pada diri sendiri, yang sering berpengaruh (positif atau negatif) dalam berhubungan dengan orang lain (misalnya sering membuat interupsi, kurang memperhatikan perasaan orang lain, senang membantah, membanggakan diri, dan sebagainya).

Bidang 3: Diri tersembunyi
Bagian diri yang disadari oleh diri sendiri, tetapi secara sadar ditutup-tutupi atau disembunyikan terhadap orang lain. Mungkin juga orang tidak tahu bagaimana menyampaikan dirinya kepada orang lain (misalnya tidak setuju tentang pendapat orang lain, tetapi tidak dapat menyampaikan hal itu), atau karena kalau disampaikan akan membuat malu diri sendiri, misalnya perasaan ketidakpastian, keinginan yang rahasia, dan sebagainya.

Bidang 4: Diri yang tak dikenal oleh diri sendiri dan oleh orang lain.
Bagian diri yang tidak dikenal diri sendiri dan orang lain ini berupa motif, kebutuhan yang tidak disadari, terlupakan atau didesak ke bawah sadar sehingga tidak dikenal lagi dan masih mempengaruhi tindakan orang dalam berhubungan dengan orang lain.

Untuk dirinya perlu dikembangkan kepercayaan dengan jalan membuka diri terhadap pendapat, perasaan, dan pikiran orang lain, artinya membuka jalan bagi orang lain untuk memberikan umpan balik kepada dia sehingga bidang diri terbuka (1) melebar dan akan timbul perbaikan dalam hubungan dengan orang lain.

Mengenali diri maksudnya adalah memperoleh pengetahuan tentang totalitas diri yang tepat dengan menyadari segi keunggulan yang dimiliki maupun segi kekurangan-kekurangan yang ada pada diri.

Umpan balik
Umpan balik merupakan proses di mana seseorang memberi tahu berdasarkan pengamatan dan perasaannya tentang tingkah laku seseorang guna membantu perkembangan pribadi orang itu.

Beberapa hal yang bisa dijadikan pegangan sebagai upaya perubahan sikap adalah memiliki motivasi kuat untuk berkembang, memiliki antusiasme dengan cara berpikir positif, bersedia belajar meyakini dan menghargai kemampuan diri, berupaya meningkatkan kemampuan untuk mendapatkan apa yang menjadi tujuan diri sendiri, berupaya tidak membiarkan perkecualian terjadi, sebelum kebiasaan baru berakar pada kehidupan, dan bersikap rajin berlatih pada setiap kesempatan diperoleh.

Pengembangan kepribadian
Kecuali modal pegangan tersebut diatas, untuk mengembangkan diri perlu dipertimbangkan juga faktor di bawah ini.

a. Faktor penghambat yang berasal dari lingkungan.
Sistem yang dianut. Kadang-kadang sistem yang berlaku dalam lingkungan kita, apakah dalam pekerjaan pendidikan atau lingkungan sosial di mana kita berada, tanpa disadari menghambat pengembangan diri kita, misalnya diberlakukannya sistem senioritas dalam jenjang jabatan di mana kita bekerja.

Tanggapan atau sikap/kebiasaan dalam lingkungan kebudayaan. Kadang-kadang tradisi atau kebiasaan yang berlaku menghambat perwujudan dari perkembangan diri seseorang.

b. Faktor penghambat yang berasal dari diri individu sendiri.
Faktor tujuan hidup yang tidak/belum tergambar dengan jelas.
Faktor motivasi dan faktor keengganan untuk menelaah diri. Kadang-kadang manusia takut untuk menerima kenyataan bahwa ia memiliki kekurangan ataupun kelebihan pada dirinya.

Faktor usia. Kadang-kadang orang yang sudah tua dalam usia tidak melihat bahwa kearifan dan kebijaksanaan dapat dicapainya. Mereka cenderung memandang bahwa usia muda lebih hebat karena produktif.

Memang banyak aspek penghambat pengembangan kepribadian kita, namun sebenarnya masalah utamanya terletak pada jawaban kita terhadap pertanyaan, "Benarkah kita berkeinginan untuk mengembangkan diri kita?"

MENGENAL KEPRIBADIAN INDIVIDU

Untuk mengenali temparemen dasar orang lain pada dasarnya kita harus mengetahui terdapat beberapa temperamen yaitu temperamen udara (sanguinis),temperamen api (koleris), temperamen (melankolis), dan temperamen air (phlegmatis). Yang harus diingat adalah bahwa sebagian besar kita adalah kombinasi dari temparemen yg ada. Gunakan cara berikut sekedar untuk menemukan petunjuk awal yang perlu Anda konfirmasikan kemudian :

Lihat sorot matanya:
- Kalau sorot matanya sering berbinar dan tampak berkaca-kaca ceria, pupil matanya
cenderung besar, maka dia sanguinis udara
- Kalau sorot matanya tajam, dan berani bertatap pandangan lama, maka dia koleris
api Perhatikan cara dia berbicara
- Kalau dia banyak bicara dan tertawa, heboh, serta punya banyak guyonan, suka
mengerjain orang, maka dia sanguinis udara
- Kalau dia sering memakai perkataan seperti “tergantung” atau apapun yg
menunjukkan dia banyak sekali yang dipertimbangkan, maka dia melankolis tanah - Kalau waktu mendengarkan anda bicara dia sering sekali berpose non verbal
tangan ke wajah, maka dia melankolis tanah
- Kalau dia sering bilang “minta maaf” atau semacamnya, maka dia melankolis
tanah
- Kalau bicaranya pelan, lebih suka mendengarkan ketika ada di kerumuman, pendengar
yang baik, maka dia adalah phlegmatis air Perhatikan sikap tubuhnya
- Kalau waktu dia bicara seluruh wajah dan kebanyakan anggota tubuhnya ikut
bergerak untuk memperkuat pesan, maka dia sanguinis udara
- Kalau pada waktu duduk dia tidak bisa diam, maka dia sanguinis udara
- Kalau pada waktu duduk sikapnya tegak, gayanya defensif dan/atau superior
(misalnya tangan bersilang di depan dada, kedua tangan diletakkan di belakang
tengkuk), maka dia koleris api
- Kalau pada saat duduk sikap nonverbalnya tampak seperti orang yang sedang
mengevaluasi (misalnya tangan di dagu, tangan di pipi) maka dia melankolis
bumi
- Kalau pada saat duduk pinggangnya lebih dekat/menyentuh alas duduk, maka dia
phlegmatis air Dari sini Anda sudah bisa melihat bahwa yang paling gampang
terlihat adalah kaum sanguinis udara. Penampilan dan perilakunya memang
sedemikian mencolok. Dari pernyataan ini bisa kita artikan kalau mau menemukan
phlegmatis atau melankolis, maka cari saja mereka yg tidak begitu tampak
mencolok. Lihatnya sikap dia ke orang lain
- Kalau dia tidak sungkan untuk menanyakan dan membicarakan rahasia orang lain,
maka dia sanguinis udara
- Kalau dia tiba-tiba saja membetulkan kerah baju Anda yg melenceng, mengambilkan
ballpoin orang lain yg jatuh meski agak jauh dari posisinya, maka dia koleris
api
- Kalau dia secara otomatis cenderung suka menyuruh-nyuruh orang, atau gigih sekali
membuat orang lain menerima pendapatnya, maka dia koleris api
- Kalau dia sepertinya sangat tidak keberatan untuk beda pendapat hingga sampai
berdebat alot dengan orang lain, maka dia koleris api
- Kalau dia begitu peka pada bagaimana orang lain memberi tanggapan, maka dia
melankolis bumi
- Kalau dia bisa menangis atas cerita orang lain, maka dia melankolis bumi
- Kalau dia menurut, hampir-hampir tidak bisa menolak, atau bahkan tidak bisa
menolak request/permintaan orang lain, maka dia phlegmatis air Lihat caranya
berpakaian
- Kalau pakaiannya relatif (paling) trendi, atau warnanya menyala bukan main, atau
apapun yg membuat dia tampak mudah dibedakan dengan yang lain, maka dia itu
sanguinis udara
- Kalau dia sering minta baju, tas atau apapun yang dia miliki dikomentari dengan
teman-temannya, maka dia itu sanguinis udara
- Kalau model pakaian dan style-nya konservatif (misalnya bukan motif berani,
kemeja dimasukkan baju, dst), maka dia melankolis Perhatikan ketika dia sedang
diminta mengambil keputusan
- Kalau memikirnya lama, dan ketika ditanya dia memberikan banyak sekali
pertimbangan, maka dia adalah melankolis bumi
- Kalau memikirnya lama dan tampak sekali bahwa dia ternyata tidak sedang berpikir
keras dan lebih suka kalau dia menurut saja dengan keputusan yang sudah ada, maka
dia adalah phlegmatis air
- Kalau memikirnya cepat dan itu karena dia tahu manakah alternatif yg paling/lebih
menyenangkan, maka dia adalah sanguinis udara
- Kalau yg berikut ini adalah melankolis. Dalam temparemen yg ekstrim ketika Anda
baru saja berkenalan dengannya
- Dengan Sanguinis, maka ingat bahwa dia itu senang dipuji, ketika dia bercanda
sebaiknya Anda tertawa. Anda boleh-boleh saja ngeledek dia, tapi berhati-hatilah
untuk tidak mengkritik dia
- Dengan Koleris, maka ingat bahwa dia suka sekali ketika orang lain memberi
pengakuan atau kagum akan segenap pencapaian dia. Biarkan saja dia banyak bicara
dan bersikap dominan. Anda tak harus sepakat dengan apa-apa yang dia omongkan,
tapi sebaiknya Anda (terlihat) mendengarkan dengan baik apa yang dia
sampaikan
- Dengan Melankolis, maka ingatlah bahwa dia itu tidak suka pembicaraan basa basi
berlebihan. Hati-hati kalau bercanda dengannya. Perasaannya paling peka
dibandingkan dengan yang lain. Tidak perlu juga mengkritik dia. Para melankolis
biasanya sudah amat pintar mengkritisi dirinya.
- Dengan Phlegmatis, Anda tidak punya terlalu banyak larangan. Phlegmatis adalah
kaum yg paling easy going dan enak diajak ngobrol. Untuk menghadapi setiap
temparemen, kita perlu tahu dulu apa yang mereka butuhkan dan hindarkan, untuk
kemudian bisa melakukan penyikapan yang sesuai dengan situasi dan kondisi.

Anda bisa mengacu pada daftar berikut. Dan sebagai catatan, daftar yang berikut ini akan paling terlihat pada anak-anak atau remaja atau mereka yang mencapai ekstrimitas (ingat bahwa kita biasanya kombinasional)

1. Untuk Sanguinis,
- Yang mereka butuhkan: Perhatian, Dukungan, Kasih sayang, Penerimaan
- Yang mereka hindari : Tugas yang membosankan, Rutinitas, Kritik, Detail,
Sasaran terlalu tinggi

2. Untuk Koleris,
- Yang mereka butuhkan: Penghargaan prestasi, Peluang memimpin, Partisipasi,
memutuskan sesuatu untuk diatur
- Yang mereka hindari : Istirahat, Kebosanan, Permainan yang tak mungkin
dimenangkan

3.Untuk Melankolis,
- Yang mereka butuhkan: Kepekaan, Keinginan, Kualitas Prestasi,Ruang Sendiri
, Ketenangan, Stabilitas, Dukungan keluarga dan teman sejawat atau
kesimpulannya: Sensitivity – Support – Space – Silence
- Yang mereka hindari : Keributan/Kebisingan, Urusan-urusan sepele,
Diolok-olok

4.Untuk phlegmatis,
- Yang mereka butuhkan: Relaksasi dan Santai, Perhatian, Pujian, Motivasi penuh
kasih sayang
- Yang mereka hindari : Konflik – Konfrontasi, Inisiatif, Keputusan, Kerja ekstra
, Tanggung jawab


SELAMAT DIPRAKTEKKAN DAN BERLATIH

Personality bisa diubah (atau lebih tepatnya: diperkaya), tapi temparemen biasanya tetap untuk setiap orang. Karena ini terkait dengan komposisi cairan dalam tubuh ,,,